Kepemimpinan yang Theokrasi


Pengaruh kepemimpinan yang Theokrasi terhadap Manajemen gereja
Penulis: Arlilaus Gam, Yulens Langga, dkk




PENDAHULUAN
         Dalam suatu lembaga pasti bersifat intitusional, termasuk Gereja Tuhan. Dalam kehidupan gereja juga sangat membutuhkan suatu aktifitas yang bersifat institusional atau pelembagaan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan untuk suatu kegiatan, dan semuanya itu ada dalam managemen gereja. Memang tidak heran kalau sesuatu yang berbeda antara managemen gereja dengan managemen yang lainnya, karena memiliki dasar dan tujuan managemen tersendiri. Maka, kelompok perlu membahas dalam makalah ini tentang bagaimanakah gereja yang berkepemimpinan secara Theokrasi dan pengaruhnya dalam managemen gereja.
A.    Latar Belakang
         Pada abad 21 ini, ada banyak gereja Tuhan yang telah didirikan secara bangunan, struktur kegiatan gereja, bahkan termasuk managemen gereja yang begitu baik demi pembangunan suatu kualitas gereja dan kuantitas, bahkan gereja telah melakukan sosialisasi dengan cara managemennya masing-masing. Ini adalah suatu hal yang sangat baik bagi pertumbuhan suatu gereja, apalagi bersentuhan langsung dengan masyarakat secara umum.
            Namun, yang menjadi persoalannya adalah apakah yang telah dilakukan oleh gereja dalam hal menerapkan managemen yang baik itu menurut gereja, apakah sudah memenuhi dasar dan tujuan yang Theologis ataukah masih jauh dari apa yang seharusnya? Kebanyakan gereja pada abad 21 ini, tidak terlalu memperdulikan perumbuhan gereja yang baik dari managemen gereja yang berdasar dan bertujuan menyatakan unsur theologis dalam bermanagemen serta kepemimpinan dalam suatu lembaga gereja secara theokrasi. Banyak gereja atau pemimpin-pemimpin gereja yang tidak tegas dalam hal managmen gereja secara kebenaran Alkitab, mereka memandang bahwa managemen adalah sesuatu yang biasa saja, dan itu tidak harus bergantung pada Tuhan dalam kepengurusan terkait dengan managemen gereja, itu sebabnya kelompok membahas betapa penting dalam kepemimpinan gereja secara Theokrasi yang mempengaruhi managemen gereja.



PEMBAHASAN

1.      Kepemimpinan Yang Theokrasi
         Kepemimpinan dalam pengertian secara umum merupakan Keseluruhan tindakan, sikap dan tingkah-laku seseorang (pemimpin) dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang-orang lain untuk melaksanakkan seperangkat kegiatan secara efektif demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan[1]. Sedangkan kepemimpinan yang Theokrasi ialah bahwa Allah memimpin semua ciptaan-Nya melalui Firman-Nya, atau kepimpinan Allah atas segala sesuatu dalam dunia melalui pemberitaan Firman-Nya oleh hamba-hamba-Nya sebagai alat kepemimpinan-Nya[2].
         Menurt Para Beberapa Tokoh; Menurut (Lord Montgomery) Kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengarahkan orang laki-laki dan perempuan untuk satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan. Menurut (John R. Mott) Kepemimpinan adalah orang yang mengenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain mengikut dia. Menurut (Presiden Trumen) Kepemimpinan adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukannya[3].
         Kepemimpinan Theokrasi adalah Alkitab satu-satunya sumber otoritas yang dapat diterima, maka defenisi dan fungsi kepemimpinan Theokrasi itu duwujudkan. Kepemimpinan Theokrasi tidak hanya sekedar ketaatan kepada apa yang tertulis dalam Alkitab, tapi perwujudan Roh dan kebenaran Allah didalam individu-individu yang memimpin. Inilah pekerjaan otoritas Allah dalam hidup pemimpin yang diterangi oleh kebenaran itu sendiri[4]. Seperti kata Tuhan Yesus; ‘Barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka diantar kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya’ berarti kepemimpinan yang memberikan pelayanan yang sebesar-besarnya; tidak memiliki kepentingan diri sendiri, tidak mengenal lelah dan terus-menerus memusatkan perhatian pada pekerjaan yang terbesar di dunia, yaitu pekerjaan membangun kerajaan Tuhan Yesus Kristus[5]. Theokrasi merupakan pemimpin rohani yang mempengaruhi orang lain bukan dengan kekuatan kepribadiannya sendiri, melainkan dengan kepribadian yang diterangi, ditembusi dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Kepemimpinan ini mencakup masalah kuasa rohani yang lebih tinggi nilainya dan yang tidak dapat ditimbulkan sendiri. Tidak ada seorang pun menjadi pemimpin rohani atas usaha sendiri. Ia mampu mempengaruhi orang lain secara rohani hanya karena Roh Allah dapat bekerja di dalam dan melalui dia sampai pada taraf yang lebih tinggi daripada orang-orang yang dipimpinnya[6].
         Jadi kepemimpinan yang Theokrasi adalah kepemimpinan Tuhan atas umat-Nya yaitu kepemimpinan melalui Firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba Tuhan yang dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan sendiri untuk berperan bukan sebagai pemimpin melainkan sebagai alat kepemimpinan Tuhan, sebagai simbol kepemimpinan Tuhan kepada umat-Nya, sehingga terwujudlah kehendak Tuhan yaitu mewujudkan kerajaan imam dan bangsa yang kudus.

2.      Kepemimpinan Theokrasi dalam Gereja
         Tanda Theokrasi dalam gereja: yang pertama; adanya pemberitaan Firman yang murni, yang kedua; adanya pelayanan sakramen (baik baptisan ataupun perjamuan kudus), yang ketiga; adanya pelaksanaan disiplin gereja yang bersifat pastoral dan edukatif, dan yang keempat; adanya ketaatn terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus yang seutuhnya, baik pun penginjilan maupun tanggung jawab sosial[7].
         Dalam kepemimpinan gereja (lembaga gerejawi), kepribadian seorang pemimpin jauh lebih disoroti dan diselidiki dibandingkan dengan orang lain. Jatuh bangunnya seorang pemimpin sangat bergantung pada kehidupan pribadi dan tanggungjawab yang dibebankan Allah dalam kepemimpinan yang dilaksanakannya. Untuk itu sangatlah penting untuk mengetahui klimaks kepemimpinan yang Theokrasi dalam gereja, yakni:
a.      Kepercayaan
         Pemimpin yang dapat dipercayai ialah mereka yang membuktikan tanggungjawab terhadap apa yang dipercayakan oleh Tuhan. Supaya dapat dipercayai harus didasari dengan keyakinan akan panggilan Tuhan dan akan rencana Tuhan, yaitu berhubungan dengan tujuan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan untuk kita dan perencanaan pelaksanakannya. Keyakinan akan panggilan dan rencana Tuhan merupakan langkah pertama yang harus di sadari sebelum meningkat kepada perencanaan melaksanakan rencana Allah.[8]

b.      Mempengaruhi
         Dalam perspektif theologis, kepemimpinan adalah suatu aktifitas sadar seseorang yang karena panggilan Tuhan bagi dirinya sebagai alat Tuhan untuk mendeklarasikan Tuhan sebagai pemimpin yang melayani semua umat manusia pada umumnya dan melayani umat percaya atau gereja pada khususnya dengan cara memberitakan Firman Tuhan yang murni, baik perkataan maupun perbuatan, menjadi model yang hidup, rela memberi segalanya untuk umat yang dipimpin dan memberi petunjuk untuk melihat ke depan, memutuskan, memengaruhi, memperlengkapi, menuntun, memotivasi dan mengevaluasi umat Tuhan dalam terang Firman Tuhan demi terlaksananya kehendak Tuhan secara berkesinambungan dan terwujudnya misi Tuhan dari generasi ke generasi dalam dan melalui gereja kepada dunia di segala bidang[9].

c.       Memuliakan Tuhan
         Kemuliaan bagi Allah adalah tujuan tertinggi dari segala sesuatu yang ada di dunia ini (Rom 11:36). Theokrasi dalam gereja tujuannya adalah bukan mencapai visi pemimpin gereja, pelaksanaan misi gereja, ketahanan dan kemajuan gereja, dan keuntungan gereja, melainkan kemuliaan Allah. Pemimpin gereja masa kini, hendaknya menjadikan kemuliaan Tuhan sebagai tujuan tertinggi dalam kepemimpinan maka visi apapun, rencana, keputusan, motivasi, tujuan, berbuah, harusnya dengan motif Allah dimuliakan (Yoh. 15:8).[10]
d.      Sikap Yang Alkitabiah
         Yang Pertama; (Melayani) ini merupakan prinsip Yesus dalam memberi pengertian tentang kepemimpinan seorang pemimpin. Pemimpin sejati harusnya lebih mengutamakan kesejahteraan orang lain dari pada kenikmatan dan martabat dirinya sendiri. Ia menunjukan simpati dan perhatian terhadap mereka yang dipimpinnya berkenaan dengan masalah, kesukaran dan kekuatiran mereka, tapi haruslah simpati yang menguatkan dan memberi dorongan, bukan yang melemahkan. Yang Kedua; (Mendisiplin) ini adalah tanggungjawab lain seorang pemimpin, walaupun ini berat dan tidak disukai banyak orang, termasuk orang dipimpin. Tetapi Paulus menetapkan semangat yang diperlukan bagi mereka yang menjalankan disiplin. “saudara-saudara, kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu jangan kena pencobaan” (Gal.6:1). Perlu disiplin, tapi sebelum menjalankan disiplin harusnya melihat beberapa hal mendasar terlebuh dahulu; adakan penelitian dan tidak memihak, harus untuk kebaikan pekerjaan dan pribadi yang bersangkutan, didasarkan pada kasih dan demi kepentingan orang lain, memberikan pertolongan dan memulihkan yang bersangkutan, dan disertai banyak doa sebelum menjalankan disiplin kepada seseorang yang melakukan pelanggaran. Yang Ketiga; (Membimbing) harus tahu kemana pergi dan sam dengan seorang gembala , berjalan didepan kawanan dombanya. Pemimpin yang ideal adalah mereka yang mendengar suara Allah dan mematuhinya pada waktu suara itu memanggil dia dan pengikut-pengikutnya. Yang Keempat; (Memprakarsai) harus mempunyai keberanian dan penglihatan jauh kedepan, harus menjadi seorang suka merintis dan bukan hanya memelihara. Ia selalu mengambil resiko yang telah diperhitungkannya dengan hati-hati dan dengan banyak berdoa. Dan Yang Kelima; (Memikul Tanggungjawab) orang yang mengelakan keterlibatan yang lebih berat dan sukar, yang sehubungan dengan tanggungjawabnya, makan akan membatasi pengaruhnya sampai disitu. Jangan berlambatan dengang tanggungjawa, jangan menggerutu, jangan mengomel, jangan membesar-besarkan tugas yang sedang dikerjakan, jangan mengarahkan perhatian orang lain kepada tugas pribadi yang menumpuk, sebelum mengecam orang lain, mintalah kasih yang sungguh-sungguh dari Allah, mempercakapkan orang lain, jangan mencari-cari pujian, kehormatan, ucapan terima kasih, penghargaan, jangan bersaing, jangan menginginkan percakapan yang berpusat pada diri sendiri, jangan mencari budi dan belas kasihan orang lain, dan rela menerima tidak dianggap atas apa yang pantas kita terima (contoh; pujian untuk kita, tapi diberikan kepada orang lain)[11].

3.      Signifikansi Theokrasi Bagi Managemen Gereja
         Ketika berbicara tentang Theokrasi dalam sebuah gereja, maka akan terlihat bagaiman Theokrasi mempengaruhi managemen gereja, adalah sbb;
a.      Sisi Birokrasi
Jika dalam suatu lembaga kegerejaan kepemimpinannya bersifat Theokrasi, maka yang paling terlihat adalah betapa bersihnya birokrasi dalam organisasi gereja tersebut.
b.      Sisi Motiv
Jika Gereja memiliki kepemimpinan yang Theokrasi, maka segala motiv dari seorang pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya pasti semua berpijak dari pada rasa yang takut akan Tuhan dalam merencanaka segala sesuatu yang ada dalam gereja demi pengembangan dan pertumbuhan
c.       Sisi personal
Jika gereja dalam kepemimpinannya bersifat Theokrasi, maka tiap-tiap personal yang mengambil bagian dalam hal managemen gereja, maupun yang tidak mengambil bagina didalamnya pasti mempunyai pandangan yang sama bahwa managemen gereja adalah bertujuan untuk suatu pengembangan gereja secara kualitas (kerajaan Allah) bukan untuk suatu aset gereja semata.
d.      Sisi Presaposisi
Jika gereja memiliki kepemimpinan yang Theokrasi, maka semua yang mengambil andil didalam managemen gereja dan bahkan orang-orang diatur dalam managemen gereja memiliki titik tolak berpikir yang berdasarkan pada Alkitab atau yang sesuai dengan kehendak Allah dalam mengatur managemen gereja.
e.       Sisi perkembangan
Jika gereja memiliki kepemimpinan yang Theokrasi, maka dengan managemen gereja yang ada dalam gereja tersebut pasti menuju kepada perkmbangan yang semakin membaik, dan semua perkembangan itu berdasar pada Firman Allah dan bertujuan demi kemuliaan Allah semata
f.       Sisi kesatuan
Jika Theokrasi yang mengambi andil dalam suatu gereja, maka gereja dalam hal managemen tidak akan terjadi perpecahan yang menghancurkan gereja tersebut, karena semuanya tetap berdiri pada kebenara, termasuk dalam penerapan managemen gereja tersebut.
g.      Sisi keteraturan
Jika kepemimpinan gereja bersifat Theokrasi, maka gereja tersebut akan mengalami managemen yang tidak semerawu (kacau), dan keteraturan itulah yang terus-menerus membawa gereja kepada managemen yang lebih bersih dalam keteraturannya.

h.      Sisi kerohanian
Theokrasi adalah sesuatu yang sangat unik dalam gereja, hal ini membuktikan bahwa Allah yang mengambil andil dalam semuanya ini, ketika Allah sendiri yang memerintah dalam managemen gereja, maka melalui managemen pemerintaha Allah segala sesuatu akan mengarah kepada kekekalan, termasuk orang-orang mengambil bagian dalam mengatur managemen gereja akan mengalami nilai-nilai kekekalan serta kekuatan rohani untuk menjalankan tugas tersebut.

Jadi, Theokrasi adalah satu-satunya sifat kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar bagi managemen dalam gereja, dan gereja dapat bertumbuh dari sisi managemen kalau Allah sendiri yang menjadi patokan dalam menjalankan tugas managemen gereja.



KESIMPULAN
        Berdasarkan pembahasan yang telah kelompok bahas mengenai kepemimpinan yang Theokrasi dan pengaruhnya bagi manajemen dalam gereja, betapa besar pengaruh atau sumbangsi Theokrasi bagi managemen gereja, Theokrasi juga memberikan dasar dan tujuan yang Theologis kepada gereja dalam manajemen. Dan Theokrasi memberikan nilai-nilai Theologis untuk menjalankan tugas gereja dalam dan melalui manajemen gereja, bahkan Theokrasi memberikan pencerahan untuk melihat ungersitasnya manajemen gereja yang sejati demi pengembangan gereja dari sis kuantitas dan kualitas.
B.     Saran
Bagi setiap aliran gereja apa pun itu, perlu ketahui bahwa betapa pentingnya memperhatikan manajemen dalam gereja masing-masing demi pengembangan gereja itu sendiri.
1.      Gereja harus mampu melihat apa yang menajdi nilai-nilai dasar dan tujuan secara theologis dalam manajemen gereja tersebut.
2.      Gereja perlu menerapkan kepemimpinan yang Theokrasi dalam manajemen gereja tersebut.
3.      Gereja sangat membutuhkan pencerahan Firman Tuhan dalam menerangi visi dan misi yang bertujuan untuk kemuliaan Allah
4.      Gereja butuh pertolongan kepemimpinan yang Theokrasi demi kepentingan kerajaan Allah yang modifikasi dalam managemen gereja (dalam kepengurusan gereja yang bersifat pelayanan Allah).


         [1] P. Octavianus, Managemen Dan Kpemimpinan Menurut Wahyu Allah, (Malang; Literatur YPPII, 2007), 2
         [2] Stevri Indra Lumintang, Theologia Kepemimpinan Kristen Theokrasi Di Tengah Sekularisasi Gereja Masa Kini, (Jakarta: Geneva Insani Indonesia, 2015),  239
        [3] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 1999), 20
         [4] Kenneth O. Gangel, Pembina Pemimpin Pendidikan Kristen, (Malang; Gandum Mas, 2001), 108-109
        [5] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 1999), 27
         [6] Ibid.., 21 
          [7] Stevri Indra Lumintang, Theologia Kepemimpinan Kristen Theokrasi Di Tengah Sekularisasi Gereja Masa Kini..., 9-10
          [8] P. Octavianus, Managemen Dan Kpemimpinan Menurut Wahyu Allah, (Malang; Literatur YPPII, 2007), 9
         [9] Stevri Indra Lumintang, Theologia Kepemimpinan Kristen Theokrasi Di Tengah Sekularisasi Gereja Masa Kini..., 234
         [10] Ibid.., 262-263
         [11] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 1999), 125-130

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisa Eksegetis Efesus 4: 17-32

Yesus Seminar

Ekkesiologi